Dari Pemilu Cerdas Hingga Kota Cerdas
Berita Kunjungan,Smart city
Wakil Walikota Malang Ir. H. Sofyan Edi Jarwoko mengunjungi Living Lab Arion, Piranha, Kota Malang, Jumat (13/1/2023). Living Lab Arion merupakan dapur yang menjadi tempat bagi PT Enygma Solusi Negeri membagun Intellegent Operation Platform (IOP) yang terpasang pada sistem Malang Satu Data, yaitu portal terintegrasi untuk pengelolaan, keterbukaan, dan kemudahan akses data bagi warga dan pemerintah Kota Malang.
Dalam kunjungannya kali ini, Sofyan bersama Direktur Utama PT Enygma Solusi Negeri, Erick Karya banyak membahas mengenai pemanfaatan software. Pasalnya selama ini, para vendor software seringkali salah kaprah dalam melayani konsumen.
Alih-alih menyediakan software yang terintegrasi dan mudah dibaca, para penyedia justru hanya menampilkan data. Hal ini sama artinya dengan pemangku kebijakan membeli jasa pembuat laporan daripada layanan aplikasi.
Dari sekian banyak fitur, pemanfaatan CCTV sebagai ALPR (Automatic License Plate Recognition) menjadi sorotan Sofyan. Pemasangan CCTV di Kota Malang nyatanya bukan hanya bersumber dari pemerintah. Melainkan juga ada yang berasal dari swadaya masyarakat. Ia berharap semua CCTV termasuk yang berasal dari swadaya masyarakat dapat terintegrasikan dengan sistem cerdas di Malang Satu Data itu.
“Banyak CCTV yang berasal dari swadaya masyarakat. Kalau bisa itu juga diintegrasikan ke dalam sistem,” pinta Sofyan.
Menanggapi hal tersebut, Erick mengatakan bahwa hal itu sangat mungkin dilakukan. Karena, software yang ia kembangkan dapat dipasang tanpa perlu mengganti perangkat keras apapun. Sehingga, pastinya dapat mengefisiensikan biaya.
Bukan hanya berbincang mengenai kota cerdas, Erick juga menyinggung soal kampanye cerdas. Pasalnya, mendekati penyelenggaraan pemilihan umum (Pemilu) 2024, citra calon pemimpin menjadi sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam Pemilu mendatang. Impresi khalayak itu dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya opini di berbagai platform media.
“Tak kenal, maka tak dipilih” ungkapan itu sepertinya tepat untuk menggambarkan keadaan demokrasi saat ini. Alhasil, para pemimpin berlomba-lomba untuk membentuk ‘brand’ mereka. Tentunya dengan citra yang positif.
Bagi sebagian besar orang, mereka tidak akan memilih pemimpin yang mereka tidak tahu. Berbagai survei juga menunjukkan bahwa para pemilih lebih condong untuk memberikan suara kepada sosok yang familiar daripada yang tidak mereka tahu.
Disisi lain, saat ini, setiap hari internet dibanjiri oleh miliaran data dari berbagai sumber. Analisa sentimen media dapat dijadikan sebagai alat yang dapat menghubungkan seluruh data tersebut. Biasanya, perusahaan menggunakannya untuk memperoleh masukan inti dari pengguna atau konsumen secara efisien.
Hal tersebut juga dilakukan oleh PT Enygma Solusi Negeri. Erick mengatakan bahwa penggunaan analisa sentimen media ini juga dapat dilakukan untuk banyak hal. Salah satunya, untuk hal-hal yang berbau politik.
Di zaman yang serba modern ini, politik tak luput dari sentuhan teknologi. Pada Pemilu sebelumnya, buzzer pasti santer disebutkan. Mereka bertindak sebagai lonceng bagi orang-orang di sekitarnya untuk memberikan informasi mengenai isu-isu terhangat kali ini dari sudut pandang pribadi mereka.
‘Perang’ sesama buzzer pasti seringkali terjadi ketika menjelang Pemilu. Mereka akan melakukan banyak cara untuk memenangkan calon-calon mereka. Keberadaan buzzer kemudian turut mempengaruhi analisa sentimen media.
Erick percaya bahwa impresi di internet tidak bisa dicegah tapi bisa dilawan. Strategi itu dapat dilakukan dengan menggunakan analisa sentimen media. Alih-alih membuang waktu untuk ‘mengalahkan’ banyak calon yang ada, analisa sentimen dapat membantu untuk mengejar calon yang terkuat atau yang paling banyak diperbincangkan di media.
Sentimen media juga dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana citra yang terbentuk dari diri calon pemimpin. Apakah mereka memiliki citra positif atau negatif. Hal tersebut akan sangat membantu calon pemimpin untuk menentukan metode kampanye yang tepat.
“Cepatnya informasi tidak bisa dihentikan. Namun bisa dilawan dengan memanfatkan analisa sentimen media,” kata Erick.
Dalam kesempatan yang sama, Bung Edi juga menjajal pengalaman fitur tersebut. Erick percaya bahwa strategi cerdas akan melahirkan pemimpin yang cerdas pula. Dengan berbasis data, para calon pemimpin diharapkan dapat bersaing secara sehat tanpa menjatuhkan satu sama lain.
Beberapa tahun terakhir, cendekiawan dan pengamat politik menunjukkan kekhawatiran mereka terhadap maneuver opini publik di media sosial. TikTok dinilai menjadi alat strategis baru bagi para propagandis untuk mendorong narasi politik selama periode pemilu.
Aktor politik juga telah berusaha mempengaruhi opini publik melalui Facebook, Twitter, dan YouTube untuk dapat mendapatkan suara di wilayah tersebut. Meskipun menjadi ancaman baru, namun faktanya, mau tidak mau, suka atau tidak suka, pemanfaatan media digital untuk politik akan tetap terjadi.
Sementara itu, di media sosial, setiap orang bisa menuliskan dan menyebarkan informasi apapun tanpa adanya proses verifikasi kebenaran. Karena kemudahan membuat akun di media sosial, satu orang bisa membuat banyak akun dan menuliskan banyak narasi yang sama. Akibatnya, informasi yang disimpulkan menjadi bias dan timpang sebelah.
Erick menegaskan bahwa analisa sentimen media terutama di media sosial tidak dapat digunakan sebagai realisasi hasil pemilu. Tetapi, dapat digunakan sebagai referensi untuk menentukan strategi kampanye yang tepat. Hal ini karena, konsistensi dari analisa sentimen media dapat berubah terus menerus.
Semakin banyak narasi yang digunakan untuk mendukung citra calon pemimpin, maka semakin meningkat pula impresi yang dihasilkan. Alih-alih menjatuhkan calon pemimpin yang lain, akan lebih baik memperbanyak narasi positif diri sendiri. Karena, merancang kampanye yang ideal bukanlah sesuatu sederhana.